Jumat, 17 Januari 2020

AGAMA ITU MUDAH



An-Nisa'[4] : 146

اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا

kecuali orang-orang yang bertobat memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) 
Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. 
Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan 
memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.
(Kecuali orang-orang yang bertobat) dari kemunafikan (dan mengadakan perbaikan) t
erhadap amal perbuatan mereka (serta berpegang teguh kepada, agama, Allah dan 
mengikhlaskan agama mereka karena Allah) artinya daripada riya (maka mereka itu 
bersama orang-orang yang beriman) yakni mengenai apa-apa yang akan mereka 
peroleh (dan Allah akan memberikan kepada orang-orang beriman itu pahala yang 
besar) di akhirat kelak yaitu surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam 
bersabda :

اِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ اَحَدٌ اِلَّا غَلَبَهٗ فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَاَبْشِرُوْا وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ

Artinya :

Sesungguhnya agama itu ringan, maka orang yang menyusahkan dirinya dalam
agama, ia tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna. Oleh karena itu
kerjakan sebagaimana mestinya atau mendekati semestinya, dan
bergembirahlah (karena memperoleh pahala) serta beribadahlah (mohon
pertolongan Allah) pada waktu pagi dan sebagian malam."

Nabi Salallahu alaihi wa sallam bersabda, "Agama yang paling disukai oleh Allah
adalah agama yang lurus dan mudah."

Keterangan Hadits
Ad Diinu Yusrun (Agama itu mudah) Maksudnya, agama Islam adalah
agama yang memiliki kemudahan, atau disebut dengan agama yang mudah karena
berbeda dengan agama-agama lainnya, dimana Allah telah menghilangkan
kesulitan-kesulitan seperti yang dibebankan kepada umat-umat terdahulu.
Sebagai contoh, cara taubat umat terdahulu adalah dengan jalan bunuh diri,
sedangkan taubat umat ini hanya dengan meninggalkan perbuatan tersebut dan
menyesalinya serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Walan Yusyaadda Ahadun Illaa Ghalabahu (maka orang yang menyusahkan dirinya
dalam agama, ia tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna)

Seseorang yang terlalu tenggelam dalam amalan-amalan agama (spiritual)
dan tidak memperhatikan aspek kemudahan dalam agama, maka ia
tidak akan mampu melakukannya dengan sempurna.

Ibnu Mundzir berkata, "Dalam hadits ini terdapat ilmu para nabi. Kita dan para
pendahulu telah melihat, bahwa setiap orang yang bersikap konservatif dalam agama,
maka ia tidak akan dapat melaksanan ajaran agamanya secara sempurna.
Pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk menghalangi seseorang dalam
menyempurnakan ibadahnya, karena hal itu termasuk perbuatan yang terpuji.
Akan tetapi, dimaksudkan untuk mencegah sikap mengasingkan diri yang dapat
menyebabkan rasa bosan atau berlebih-lebihan dalam melaksanakan ibadah sunnah,
sehingga yang wajib ditinggalkan. Atau tidak melaksanakan yang fardhu pada
waktunya, seperti seseorang yang tidak tidur sepanjang malam untuk melakukan
shalat sunnah. Akan tetapi kemudian ia merasa mengantuk ketika akhir malam
sehingga ia tertidur dan tidak dapat melaksanakan shalat Shubuh dengan berjama'ah,
bahkan tidak melaksanakannya sampai matahari terbit.

Dalam hadits Mahjan bin Al Adra' dari Ahmad, "Kalian tidak akan mendapatkan
perkara ini dengan berlebih-lebihan, karena sebaik-baiknya agama kalian adalah
yang mudah."

Hadits ini merupakan anjuran untuk melaksanakan rukhshah (keringanan atau
dispensasi) yang diberikan dalam agama, karena melaksanakan Azimah (hukum asal)
pada waktu dibolehkannya melakukan rukhshah adalah perbuatan yang
memberatkan. Sebagai contoh, orang yang tidak melaksanakan tayamum pada saat
tidak mampu menggunakan air, maka akan membahayakan dan memberatkan dirinya.

Fasaddiduu(Kerjakanlah sebagaimana mestinya). Jika kamu tidak dapat
mengerjakannya dengan sempurna, maka kerjakanlah dengan mendekati kesempurnaan.

Wa Absyiruu (dan bergembiralah). Bergembiralah, karena akan mendapat balasan
(pahala) atas amal yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit. Kabar gembira
itu adalah bagi orang yang tidak mampu mengerjakannya dengan sempurna.
Karena ketidak sempurnaan seseorang dalam mengerjakan perintah dengan tidak
adanya unsur kesengajaan, maka tidak akan mengurangi pahalanya.

Was Ta'iinuu Bil Ghadwati (serta beribadahlah/mohon pertolongan Allah pada
waktu pagi). Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan melaksanakan ibadah
secara terus-menerus pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Kata Al Ghadwati 
artinya permulaan siang. Al Jauhari berkata, "Yaitu waktu antara shalat ghadah
(Zhuhur) dan terbitnya matahari." Sedangkan kata Ar Rauhah artinya waktu setelah
terbenamnya matahari, dan kata Ad Duljati artinya pada akhir malam.

Ada yang berpendapat, bahwa kata tersebut berarti seluruh malam, sedangkan
hadits tersebut menggunakan kata "min" yang menunjukkan arti "sebagian".
Hal ini disebabkan karena amalan yang dilakukan pada malam hari lebih berat bila
dibandingkan dengan amalan pada siang hari. Waktu-waktu ini merupakan yang
paling baik bagi para musafir. Seakan-akan Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam
mengingatkan kepada seorang musafir agar ia mempergunakan waktunya dengan
baik dan tepat, karena seorang musafir jika berjalan sepanjang sian dan malam maka
ia tidak akan sanggup. Akan tetapi jika ia memilih untuk berjalan pada sebagian
waktu tersebut, maka ia akan sanggup meneruskan perjalanannya tanpa ada kesulitan.

Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa dunia -pada hakikatnya- adalah sebagai tempat
persinggahan menuju akhirat, dan waktu-waktu tersebut adalah waktu yang paling
nyaman bagi fisik untuk melaksanakan ibadah.

Sumber
Dibagikan menggunakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar