Selasa, 04 Februari 2020

Perlakukan pasangan dengan ma'ruf



Assalamualaikum Wr.Wb
Semoga Allah SWT merahmati kita semua dan memberikan jalan terbaik kepada kita, Amin yaa Rabbal'alamiin

 1.Hukum dasarnya rumah tangga harus dibangun atas dasar taat pada hukum dan muasyaraoh bilma'ruf di antara mereka. Dua-duanya selalu meperlakukan pasangannya dengan penuh kemuliaan. "Dan perlakukanlah istri dengan cara ma'ruf" (QS an-Nisa:19), "Bagi wanita berhak mendapatkan perlakuan ma'ruf, sebagaimana ia wajib memperlakukan suaminya dengan ma'ruf " (QS al-Baqaroh:228).

 2.Dari kaca mata hukum istri harus tetapmelayani suami dan patuh pada suami termasuk dalam hal melayani hubungan badan. Tetapi pada saat yang sama suami harus memperlakukan istri dengan ma'ruf (baik, penuh penghargaan). Memang batasan ma'ruf itu lebar sekali misalnya apakah meminta berhubungan dengan istri yang sedang sakit atau tidak memungkinkan baginya untuk melayani disebut ma'ruf atau tidak? Ini akhirnya menyulitkan. Tetapi secara umum tindakan seperti itu bisa dianggap kurang ma'ruf. Apalagi disertai ancaman menceraikan.

3.Benar di sana ada hadits yang menjelaskan tentang ancaman bagi wanita yang menolak berhubungan dengan suaminya bahwa ia akan dilaknati malaikat (HR Ahmad, Bukhori dan Muslim) . Tetapi bagi yang mendasarkan tindakannya pada hadits ini harus ingat bahwa suami tunduk pada peraturan tindakan ma'ruf pada pasangannya. Hadits tersebut adalah dorongan kepada wanita agar tidak mengecewakan pasangannya dan perintah ma'ruf adalah dorongan pada laki-laki agar tidak berbuat semena-mena terhadap pasangannya.

4.Di sana ada perintah dari Rasul atau lebih tepatnya anjuran agar seorang laki-laki dalam berhubungan memperhatikan etika dan tatacara yang menggairahkan wanita. Rasulullah bersabda : yang artinya : "Jika seseorang di antara kalian menggauli istrinya maka hendaknya ia bershodaqah kepadanya. Jika ia telah menunaikan kebutuhannya maka hendaklah jangan terburu-buru sampai istrinya menunaikan kebutuhannya (HR Abu Ya'la, lihat majmauzzawaid 4/295). Ini semua dimaksudkan agar hubungan pasangan itu ma'ruf .

5.Khusus ancaman menceraikan adalah tidakan yang tidak pantas.

6.Memang banyak di antara kaum muslimin ketika memandang masalah hanya berorientasi pada sisi hukum tanpa memperhatikan maqosid syariah (tujuan hukum). Filosofi hukum, etika dan ajaran secara keseluruhan sehingga terkadang tampak taat tetapi akhirnya menyakiti. Pandangan seperti itu tidaklah bijak dan tidak mencerminkan Islam secara keseluruhan.

Semoga bermanfaat
Assalamualaikum Wr.Wb.

Sabtu, 18 Januari 2020

Cara mengatasi masalah dengan Inovasi


Jika kamu seorang pemimpin, sudah pasti selalu diperhadapkan dengan yang namanya MASALAH, nah bagaimana cara menggantikannya menjadi INOVASI?

Saya punya salah satu cara, lumayanlah bisa membantu merubah MASALAH MENJADI INOVASI, cara ini saya dapatkan dari pengalaman saya pada saat mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan IV di Palu Sulawesi Tengah.

Seperti contoh pada vidio di channel youtube aku, ini masalah saya di tempat kerja saya, sebagai seorang kepala seksi yang didampingi oleh teman-teman STAF, saya harus bisa berinovasi terhadap permasalahan yang timbul, dan mengangkat permasalahan yang membutuhkan Solusi prioritas di antara permasalahan lainnya.


  • Kita harus tulis semua permasalahan kita, dan buat perengkingan

  • Kita harus tau Apa yang menjadi penyebab dari masalah kita, dan kamu harus mengukurnya secara jelas dan pasti.

  • Harapan apa yang ingin dicapai, degan harapan ini kita akan mendapatkan perangkat apa yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kita.

  • Setelah kita mendapatkan perangkat apa yang dibutuhkan, misalnya agar penyelenggaraan pemanfaatan ruang sesuai, maka orang harus tau untuk bisa sesuai harus paham informasi data yang harus dipenuhi (misalnya data dan peta pemanfaatan ruang harus bisa dipahami) dan dimana bisa mereka mendapatkannya secara mudah dan cepat ( untuk bisa berinovasi kita harus bisa melihat situasi saat sekarang ini yang semua orang menggunakannya dan bahkan bisa mengenali hal yang lagi sedang ngetrend saat ini)




  • Setelah Kita memiliki inovasinya, kita harus bisa punya tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang


  • Kita lihat kira-kira manfaat inovasi kita apa, dan siapa saja yang bisa menerima manfaat dari inovasi kita ini.


  • Setelah kita mengenali penerima manfaat, maka kita harus melakukan koordinasi dengan mereka, dan buatlah tahapan yang akan dilakukan agar inovasi kita diterima oleh semua penerima manfaat dari karya inovasi kita, mulailah dari tujuan jangka pendek kita.




  • Setelah itu, kita harus tau bagaimana cara agar kita melakukan koordinasi dengan mereka yang menerima manfaat dari inovasi kita, dan identifikasi posisi mereka sesuai tingkat kepentingan dan kebutuhan mereka, buat tabel dan peta untuk bisa mengenali strategi dari kepentingan mereka.




  • Terakhir, sudah pasti ada yang namanya Kendala atau hambatan, nah kita harus bisa pastikan kendala apa saja yang akan dihadapi nantinya sehingga kita bisa mengatasinya nanti.

Cukup sekian dari saya, semoga bermanfaat, bagi yang berminat dengan bahan presentase file power pointnya, langsung saja comment, dan skalian masukan dan kritikannya yang konstruktif ya... sudah pasti dibutuhkan untuk perbaikan blog ke depan 😊🙏




Jumat, 17 Januari 2020

AGAMA ITU MUDAH



An-Nisa'[4] : 146

اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا

kecuali orang-orang yang bertobat memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) 
Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. 
Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan 
memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.
(Kecuali orang-orang yang bertobat) dari kemunafikan (dan mengadakan perbaikan) t
erhadap amal perbuatan mereka (serta berpegang teguh kepada, agama, Allah dan 
mengikhlaskan agama mereka karena Allah) artinya daripada riya (maka mereka itu 
bersama orang-orang yang beriman) yakni mengenai apa-apa yang akan mereka 
peroleh (dan Allah akan memberikan kepada orang-orang beriman itu pahala yang 
besar) di akhirat kelak yaitu surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam 
bersabda :

اِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ اَحَدٌ اِلَّا غَلَبَهٗ فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَاَبْشِرُوْا وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ

Artinya :

Sesungguhnya agama itu ringan, maka orang yang menyusahkan dirinya dalam
agama, ia tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna. Oleh karena itu
kerjakan sebagaimana mestinya atau mendekati semestinya, dan
bergembirahlah (karena memperoleh pahala) serta beribadahlah (mohon
pertolongan Allah) pada waktu pagi dan sebagian malam."

Nabi Salallahu alaihi wa sallam bersabda, "Agama yang paling disukai oleh Allah
adalah agama yang lurus dan mudah."

Keterangan Hadits
Ad Diinu Yusrun (Agama itu mudah) Maksudnya, agama Islam adalah
agama yang memiliki kemudahan, atau disebut dengan agama yang mudah karena
berbeda dengan agama-agama lainnya, dimana Allah telah menghilangkan
kesulitan-kesulitan seperti yang dibebankan kepada umat-umat terdahulu.
Sebagai contoh, cara taubat umat terdahulu adalah dengan jalan bunuh diri,
sedangkan taubat umat ini hanya dengan meninggalkan perbuatan tersebut dan
menyesalinya serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Walan Yusyaadda Ahadun Illaa Ghalabahu (maka orang yang menyusahkan dirinya
dalam agama, ia tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna)

Seseorang yang terlalu tenggelam dalam amalan-amalan agama (spiritual)
dan tidak memperhatikan aspek kemudahan dalam agama, maka ia
tidak akan mampu melakukannya dengan sempurna.

Ibnu Mundzir berkata, "Dalam hadits ini terdapat ilmu para nabi. Kita dan para
pendahulu telah melihat, bahwa setiap orang yang bersikap konservatif dalam agama,
maka ia tidak akan dapat melaksanan ajaran agamanya secara sempurna.
Pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk menghalangi seseorang dalam
menyempurnakan ibadahnya, karena hal itu termasuk perbuatan yang terpuji.
Akan tetapi, dimaksudkan untuk mencegah sikap mengasingkan diri yang dapat
menyebabkan rasa bosan atau berlebih-lebihan dalam melaksanakan ibadah sunnah,
sehingga yang wajib ditinggalkan. Atau tidak melaksanakan yang fardhu pada
waktunya, seperti seseorang yang tidak tidur sepanjang malam untuk melakukan
shalat sunnah. Akan tetapi kemudian ia merasa mengantuk ketika akhir malam
sehingga ia tertidur dan tidak dapat melaksanakan shalat Shubuh dengan berjama'ah,
bahkan tidak melaksanakannya sampai matahari terbit.

Dalam hadits Mahjan bin Al Adra' dari Ahmad, "Kalian tidak akan mendapatkan
perkara ini dengan berlebih-lebihan, karena sebaik-baiknya agama kalian adalah
yang mudah."

Hadits ini merupakan anjuran untuk melaksanakan rukhshah (keringanan atau
dispensasi) yang diberikan dalam agama, karena melaksanakan Azimah (hukum asal)
pada waktu dibolehkannya melakukan rukhshah adalah perbuatan yang
memberatkan. Sebagai contoh, orang yang tidak melaksanakan tayamum pada saat
tidak mampu menggunakan air, maka akan membahayakan dan memberatkan dirinya.

Fasaddiduu(Kerjakanlah sebagaimana mestinya). Jika kamu tidak dapat
mengerjakannya dengan sempurna, maka kerjakanlah dengan mendekati kesempurnaan.

Wa Absyiruu (dan bergembiralah). Bergembiralah, karena akan mendapat balasan
(pahala) atas amal yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit. Kabar gembira
itu adalah bagi orang yang tidak mampu mengerjakannya dengan sempurna.
Karena ketidak sempurnaan seseorang dalam mengerjakan perintah dengan tidak
adanya unsur kesengajaan, maka tidak akan mengurangi pahalanya.

Was Ta'iinuu Bil Ghadwati (serta beribadahlah/mohon pertolongan Allah pada
waktu pagi). Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan melaksanakan ibadah
secara terus-menerus pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Kata Al Ghadwati 
artinya permulaan siang. Al Jauhari berkata, "Yaitu waktu antara shalat ghadah
(Zhuhur) dan terbitnya matahari." Sedangkan kata Ar Rauhah artinya waktu setelah
terbenamnya matahari, dan kata Ad Duljati artinya pada akhir malam.

Ada yang berpendapat, bahwa kata tersebut berarti seluruh malam, sedangkan
hadits tersebut menggunakan kata "min" yang menunjukkan arti "sebagian".
Hal ini disebabkan karena amalan yang dilakukan pada malam hari lebih berat bila
dibandingkan dengan amalan pada siang hari. Waktu-waktu ini merupakan yang
paling baik bagi para musafir. Seakan-akan Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam
mengingatkan kepada seorang musafir agar ia mempergunakan waktunya dengan
baik dan tepat, karena seorang musafir jika berjalan sepanjang sian dan malam maka
ia tidak akan sanggup. Akan tetapi jika ia memilih untuk berjalan pada sebagian
waktu tersebut, maka ia akan sanggup meneruskan perjalanannya tanpa ada kesulitan.

Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa dunia -pada hakikatnya- adalah sebagai tempat
persinggahan menuju akhirat, dan waktu-waktu tersebut adalah waktu yang paling
nyaman bagi fisik untuk melaksanakan ibadah.

Sumber
Dibagikan menggunakan

Kondisi Orang yang dimasukkan ke dalam Surga setelah dikeluarkan dari Neraka

dikutip dari

http://play.google.com/store/apps/details?id=com.pro.hafiz.alquran

Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam bersabda:

يَدْخُلُ اَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَاَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُوْلُ اللّٰهُ تَعَالٰى اَخْرِجُوْا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهٖ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ اِيْمَانٍ فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوْا فَيُلْقَوْنَ فِيْ نَهَرِ الْحَيَا اَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِيْ جَانِبِ السَّيْلِ اَلَمْ تَرَ اَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌ وَالْحَيَاةِ وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ

Artinya :

Setelah penduduk surga masuk surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah pun berfirman, "Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi." Mereka pun dikeluarkan dari neraka, hanya saja tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu mereka dilemparkan ke sungai Haya' atau Haya'a -terdapat keraguan dalam diri Imam Malik- kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah banjir. Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat." Wuhaib berkata, "Amru menceritakan kepada kami, "Sungai Al Hayat (kehidupan)," dan Wuhaib berkata, "kebaikan sebesar biji sawi."

Ali Imran[3] : 107

وَاَمَّا الَّذِيْنَ ابْيَضَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَفِيْ رَحْمَةِ اللّٰهِۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Dan ada pun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.

(Adapun orang-orang yang wajahnya menjadi putih berseri) yakni orang-orang yang beriman (mereka berada dalam rahmat Allah) dalam surga-Nya (mereka kekal di dalamnya).

Selasa, 14 Januari 2020

Tutorial atau cara membuat stiker dengan Foto pribadi di WatchApp



Assalamualaikum Wr.Wb.
Banyak yang nanya gimana sih caranya buat stiker pribadi di WatchApp/WA? 
Seruh juga jika kita menggunakan stiker WA dengan Foto sendiri.